INOVASI PEMBALAJARAN ULAR TANGGA KOLOID PADA POKOK BAHASAN KOLOID
Oleh :
Iwan Kurniawan,
S.Pd.
ABSTRAK
Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya guru untuk
mengarahkan peserta didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat
mencapai tujuan belajar sesuai dengan yang diharapkan. Proses pembelajaran
harus dirancang secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi
peserta didik untuk berpartisifasi aktif serta memberi ruang yang cukup bagi kreatifitas
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Proses pembelajaran
adalah bagian yang sangat penting yang perlu diperhatikan. Berhasil atau
tidaknya pendidikan akan sangat ditentukan oleh baik atau buruknya proses
pembelajaran yang dilakukan di
kelas.
Idealnya, kita mengharapkan terealisasinya proses pembelajaran yang baik
sehingga hasil yang dicapai memuaskan.
Kurikulum 2013 mengutamakan pembelajaran yang mendorong
aktifitas fisik dan mental peserta didik secara optimal sehingga dapat
mendukung untuk tumbuhnya pembelajaran aktif (active learning). Pembelajaran ini menggerakkan fisik dan mental
peserta didik sehingga memiliki banyak pengalaman belajar melalui pemberdayaan
potensi dirinya. Pembelajaran ini melatih peserta didik mampu berfikir kritis,
kreatif, kolaboratif dan komunikatif sebagaimana yang dibutuhkan dalam
kehidupan abad 21.
Istilah pembelajaran aktif diperkenalkan oleh seorang sarjana Inggris yaitu R.W. Revans (1907-2003). Menurut Michael Prince (2004), pembelajaran aktif merupakan proses pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran aktif menuntut siswa melakukan kegiatan belajar bermakna dan berfikir tentang apa yang mereka lakukan. Difinisi ini dapat mencakup kegiatan seperti pekerjaan rumah, kegiatan di kelas maupun kegiatan di masyarakat. Pembelajaran aktif merujuk pembelajaran kolaboratif dimana peserta didik bekerjasama dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Proses pembelajaran yang dipraktekkan guru di dalam kelas terkadang belum memberikan hasil yang memuaskan. Hal ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya kesesuaian pokok bahasan dengan metode pembelajaran yang dipilih oleh guru, ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai atau mungkin proses belajar mengajar itu sendiri terasa kurang menarik bagi siswa sehingga mengakibatkan penyerapan materi pembelajaran menjadi kurang efektif. Penerapan pembelajaran yang kurang menarik ini terkadang disebabkan pembelajaran yang diterapkan guru hanya berlangsung satu arah tanpa melibatkan peserta didik. Peserta didik hanya duduk mendengarkan dan tidak berperan aktif. Guru semestinya bisa mengaktifkan peserta didik dalam pembelajaran sehingga hasil belajar dapat lebih memuaskan.
Menurut Bloom, bahwa perolehan hasil belajar dapat dibagi menjadi 3, yaitu perolehan belajar dengan menerima (receiving), perolehan belajar dengan berpartisifasi (participating) dan perolehan belajar melalui aktivitas (learning by doing).
Sebagai penyikapan hal tersebut, penulis mencoba untuk membuat suatu inovasi dalam pembelajaran, yaitu dengan menggunakan permainan ular tangga dalam pembelajaran koloid. Ular tangga koloid ini adalah alat bantu agar siswa bisa belajar serasa bermain, sehingga menumbuhkan rasa senang dalam mengerjakan soal. Disamping itu dengan inovasi ini diharapkan tumbuh keaktifan siswa serta kemampuan bekerjasama dan berkomunikasi dalam kelompok.
Menurut Melsi (2015), Ular tangga adalah papan permainan untuk anak-anak yang
dimainkan oleh dua orang atau lebih. Papan permainan ini dibagi dalam
kotak-kotak kecil dan di beberapa kotak digambarkan sejumlah tangga dan ular
yang menghubungkannya dengan kotak yang lain. Permainan ini diciptakan pada
tahun 1870. Tidak ada papan permainan standar dalam ular tangga. Setiap orang
dapat menciptakan papan permainan mereka sendiri dengan jumlah kotak, ular dan
tangga yang berlainan. Permainan ini menggunakan sebuah dadu dan dua buah
bidak. Menurut Ratnaningsih (2014),
permainan ular tangga menggunakan dadu untuk menentukan berapa langkah yang
harus dijalani bidak. Setiap permainan dimulai dengan posisi bidaknya pada
kotak pertama dan secara bergiliran melempar dadu untuk menjalankan bidak.
Bidak dijalankan sesuai dengan mata dadu yang muncul. Pemenangnya adalah pemain
yang bidaknya paling cepat sampai pada kotak finish.
Ular tangga koloid adalah papan permainan ular tangga yang didesain khusus untuk menunjang pembelajaran koloid secara aktif dan menyenangkan. Bentuknya seperti ular tangga pada umumnya, namun pada kotak-kotaknya diberikan gambar-gambar yang terkait dengan pembelajaran koloid, misalnya contoh koloid atau manfaat koloid dalam kehidupan sehari-hari. Pada beberapa kotak, dibubuhi dengan tanda tanya yang berarti bahwa jika bidak berhenti pada kotak tersebut maka harus menjawab soal yang disediakan di dalam lembar kerja. Ular tangga ini diharapkan dapat membantu peserta didik untuk mengerjakan soal latihan dalam lembar kerja peserta didik (LKPD) sehingga belajar bisa terasa seperti bermain.
Gambar 1. Ular Tangga Koloid
Penggunaan
dalam Pembelajaran
Ular tangga koloid digunakan dalam pembelajaran pada pokok bahasan koloid kelas XI. Peserta didik dibagi dalam enam kelompok dimana masing-masing kelompok terdiri dari
maksimal 6 orang. Kelompok ini adalah kelompok yang sama dengan kelompok saat diskusi. Setiap kelompok mendapatkan lawan
bermain dengan kelompok lain. Sehingga terdapat tiga pasang
kelompok yang bertanding mengerjakan soal latihan dalam permainan ular tangga
koloid. Di dalam kelompok, siswa saling bekerjasama untuk meraih kemenangan
dalam permainan.
Aturan main ular tangga koloid ini sebenarnya
sama dengan aturan main pada ular tangga pada umumnya, misalnya :
1)
Permainan menggunakan satu buah dadu dan dua buah
bidak.
2)
Permainan dimulai dengan bidaknya berada di posisi kotak
pertama.
3) Setiap pemain secara bergiliran melempar dadu
kemudian bidak dijalankan sesuai dengan jumlah mata dadu yang muncul.
4) Jika posisi terakhir dari langkah bidak berada pada
kolom yang terdapat gambar tangga, maka kelompok tersebut dapat naik ke nomor
kolom dimana tangga berakhir tanpa harus mengikuti urutan nomor kolom. Ini
berarti dapat mempercepat kelompok tersebut mencapai finish.
5) Jika posisi terakhir dari langkah bidak berada pada
kolom yang terdapat gambar ular, maka kelompok tersebut harus turun ke nomor
dimana ular menurun. Ini berarti akan memperlambat kelompok tersebut mencapai
finish.
6) Jika posisi akhir kedua bidak bertemu pada kotak
yang sama, maka pemain yang pertama berada diposisi tersebut harus mengulang
dari kotak pertama.
7)
Permainan berakhir jika salah satu pemain mencapai
finish.
Selain dari aturan umum
tersebut, pada ular tangga koloid berlaku aturan tambahan untuk mendukung
ketercapaian tujuan pembelajaran. Beberapa aturan tambahan tersebut dijelaskan
sebagai berikut:
1)
Setiap
menjumpai tanda tanya,
maka peserta harus menjawab 1 soal dengan nomor yang
berurutan.
2)
Soal
dijawab dengan menggunakan lembar jawaban yang telah disediakan.
3)
Soal
dijawab benar nilainya 1 point.
4)
Soal
dijawab salah nilainya 0.
5)
Peserta
yang mencapai finish terlebih dahulu mendapat nilai bonus 5 point.
6)
Waktu
berakhir jika salah satu pemain sudah mencapai finish.
7)
Pemenang
adalah yang mendapat nilai total tertinggi.
Gambar 2. Foto
dokumentasi penggunaan ular tangga koloid dalam pembelajaran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar